Pada
tanggal 2 April 2016 diadakan seminar Total Productive Maintenance atau yang
biasa disingkat TPM. Seminar itu diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik
Industri Universitas Gunadarma. Seminar itu di langsungkan di Auditorium kampus
J1, Lantai 6, Ruang 7 Univeritas Gunadarma, Kalimalang. Seminar berlangsung
sekitar tiga jam dimulai dari pukul satu siang hingga empat sore. Dalam seminar
tersebut ada dua pembicara atau narasumber utamanya yaitu Bpk. Andrie Wibowo
dari PT Indopoly Swakarsa Industry dan Bpk. Rudy Novisyal dari PT Kalbe Farma
selaku promotor TPM. Dalam seminar tersebut di jelaskan hal-hal mengenai TPM , seperti yang diuraikan pada penjelasan di bawah ini.
Pengertian
Total Productive Maintenance (TPM) – Total Productive Maintenance atau
disingkat dengan TPM adalah suatu sistem yang digunakan untuk memelihara dan
meningkatkan kualitas produksi melalui perawatan perlengkapan dan peralatan
kerja seperti Mesin, Equipment dan alat-alat kerja. Fokus utama Total
Productive Maintanance atau TPM ini adalah untuk memastikan semua perlengkapan
dan peralatan Produksi beroperasi dalam kondisi terbaik sehingga
menghindari terjadinya kerusakan ataupun keterlambatan dalam proses produksi.
Total
Productive Maintenance (TPM) dapat juga didefinisikan sebagai suatu sistem
pemeliharaan dan perbaikan pada mesin atau peralatan yang melibatkan semua
divisi dan karyawan mulai dari operator hingga manajemen puncak berdasarkan
komitmen yang telah disepakati bersama.
Total
Productive Maintenance (TPM) merupakan konsep inovatif Jepang yang berawal dari
penerapan Preventive Maintanance pada tahun 1951. Konsep Preventive Maintenance
ini sendiri merupakan konsep yang diadopsi dari Amerika Serikat. Nippondenso
yang merupakan pemasok Toyota adalah perusahaan pertama yang memperkenalkan
konsep TPM pada tahun 1960 dengan slogan “Productivity Maintenance with
total Employee Participation”. Seiichi Nakajima yang saat itu menjabat sebagai
Vice Chairman JIOPM (Japan Institute of Plant Maintenance) kemudian dikenal
sebagai bapak TPM.
Sejarah
Total Productive Maintenance (TPM)
Sistem
TPM merupakan sistem Jepang yang unik dari suatu kepakaran manajerial, telah diciptakan
pada tahun 1971, berdasarkan konsep pemeliharaan pencegahan atau pemeliharaan
mandiri(productive maintenance) yang telah diperkenalkan dari Amerika Serikat
pada tahun 1950-an sampai tahun 1960-an (Corder, 1998). Pada tahun 1970-an
sampai 1980-an, TPM secara bertahap telah dikembangkan sebagai suatu pencapaian
berhasil, akhirnya secara luas diakui. TPM kini telah menembus seluruh struktur
perusahaan di setiap lini usaha dan di semua bagian dunia, serta hal ini telah
terbukti dengan adanya peningkatan yang tajam dalam jumlah perusahaan yang
telah menerima penghargaan PM berdasarkan atas TPM, dengan pergeseran dari TPM
sektor produksi menjadi TPM seluruh perusahaan, dan bertambahnya jumlah negara
yang mempraktekkan TPM (Shirose, 1988). Sejarah singkat perkembangan TPM dibagi
dalam 4 periode, yaitu (Shirose, 2000), sebelum tahun 1950-an bersifat
perbaikan. Era tahun 1950 bersifat pemeliharaan pencegahan. Periode ini merupakan
tahap penyusunan dari berbagai fungsi-fungsi pemeliharaan. Selain pemeliharaan pencegahan,
pada era ini juga dikenal pemeliharaan pencegahan tahun 1954, pemeliharaan produktifitas
atau mandiri tahun 1954, dan pemeliharaan perbaikan tahun 1957. Era tahun 1960
di Amerika Serikat, bersifat pemeliharaan produksi. Periode ini merupakan
reorganisasi pentingnya keandalan pemeliharaan dan efisiensi.
Pada
awalnya, Jepang belajar pemeliharaan produktifitas dari Amerika, lalu
digabungkan dengan kebudayaan Jepang (kerja tim), maka timbul TPM dengan Group
AKK-nya. TPM merupakan pencapaian efisiensi pemeliharaan mandiri melalui satu sistem
yang lengkap berdasarkan keikutsertaan seluruh karyawan. Selain itu, TPM
gabungan dari beberapa ilmu tingkah laku (manusia dan mesin), rekayasa sistem,
ekologi (perubahan mesin), dan logistik.
TPM
dirancang untuk mencegah terjadinya suatu kerugian karena penghentian kerja,
yang disebabkan oleh kegagalan dan penyesuaian, kerugian kecepatan yang
diakibatkan dari penghentian minor dan pengurangan kecepatan, dan kerugian
karena cacat yang disebabkan oleh cacat dalam proses dimulainya dan penurunan
hasil dengan meningkatkan metode manufaktur dengan penggunaan dan pemeliharaan
perlengkapan. Tujuannya adalah untuk memaksimumkan efisiensi sistem produksi secara
keseluruhan (Shirose, 1992).
Kegiatan
kelompok kecil dalam TPM dilaksanakan oleh para karyawan yang, berdasarkan
disiplin sendiri, melaksanakan pekerjaan secara bersama-sama dalam operasi
formal. Jishu-hozen yang disebutkan di atas dalam bagian terdahulu diimplementasikan
dalam kegiatan kelompok kecil. Para operator jishu-hozen dengan melaksanakan
pembersihan, pemberian minyak, pengencangan, pemeriksaan, dan pemeliharaan
rutin lainnya dengan tugas masing-masing. Jishuhozen semacam ini merupakan
bagian dari pekerjaan normal para operator, dan oleh sebab itu secara lengkap
berbeda dari jenis gaya sukarela (Roberts, 1997). Perlu diketahui salah satu
manfaat dari penghitungan OEE adalah untuk memudahkan dalam pencarian kesalahan
untuk dilakukan suatu perbaikan. Oleh karena itu dalam pengisian ketersediaan (AV),
efektifitas produksi (PE), dan tingkat kualitas (RQ) harus tepat (sesuai dengan
permasalahan yang terjadi).
Tujuan TPM
Tujuan dari pada TPM
(Total Productive Maintenance) adalah untuk meningkatkan produktivitas pada
perlengkapan dan peralatan produksi dengan Investasi perawatan yang seperlunya
sehingga mencegah terjadi 6 kerugian besar (Six Big Losses) yaitu :
- Breakdown
Kerugian akibat Rusaknya Mesin (Peralatan dan Perlengkapan Kerja) - Setup and
Adjustments
Kerugian yang diakibatkan perlunya Persiapan ulang peralatan dan perlengkapan kerja - Small Stops
Kerugian akibat terjadinya gangguan yang menyebabkan mesin tidak dapat beroperasi secara optimal - Slow
Running
Kerugian yang terjadi karena mesin berjalan lambat tidak sesuai dengan kecepatan yang diinginkan. - Startup
Defect
Kerugian yang diakibatkan terjadi cacat produk saat Startup (saat awal mesin beroperasi) - Production
Defect
Kerugian yang terjadi karena banyaknya produk yang cacat dalam proses produksi.
Selain keenam kerugian yang
disebutkan diatas, keuntungan lain penerapan Total Productive Maintenance (TPM)
adalah dapat menghindari terjadinya kecelakaan kerja dan menciptakan lingkungan
kerja yang aman bagi karyawannya.
8 Pilar TPM (Eight
Pillar of TPM) diantaranya adalah :
1. Autonomous
Maintenance /Jishu Hozen (Perawatan Otonomus)
Autonomous
Maintenance atau Jishu Hozen memberikan tanggung jawab perawatan rutin kepada
operator seperti pembersihan mesin, pemberian lubrikasi/minyak dan inspeksi
mesin. Dengan demikian, operator atau pekerja yang bersangkutan memiliki rasa
kepemilikan yang tinggi, meningkatan pengetahuan pekerja terhadap peralatan
yang digunakannya. Dengan Pilar Autonomous Maintenance, Mesin atau peralatan
produksi dapat dipastikan bersih dan terlubrikasi dengan baik serta dapat
mengidentifikasikan potensi kerusakan sebelum terjadinya kerusakan yang lebih
parah.
2. Planned Maintenance
(Perawatan Terencana)
Pilar
Planned Maintenance menjadwalkan tugas perawatan berdasarkan tingkat rasio
kerusakan yang pernah terjadi dan/atau tingkat kerusakan yang diprediksikan.
Dengan Planned Maintenance, kita dapat mengurangi kerusakan yang terjadi secara
mendadak serta dapat lebih baik mengendalikan tingkat kerusakan komponen.
3. Quality Maintenance
(Perawatan Kualitas)
Pilar Quality Maintenance membahas
tentang masalah kualitas dengan memastikan peralatan atau mesin produksi dapat
mendeteksi dan mencegah kesalahan selama produksi berlangsung. Dengan kemampuan
mendeteksi kesalahan ini, proses produksi menjadi cukup handal dalam
menghasilkan produk sesuai dengan spesifikasi pada pertama kalinya. Dengan
demikian, tingkat kegagalan produk akan terkendali dan biaya produksi pun
menjadi semakin rendah.
4. Focused Improvement
/ Kobetsu Kaizen (Perbaikan yang terfokus)
Membentuk
kelompok kerja untuk secara proaktif mengidentifikasikan mesin/peralatan kerja
yang bermasalah dan memberikan solusi atau usulan-usulan perbaikan. Kelompok
kerja dalam melakukan Focused Improvement juga bisa mendapatkan
karyawan-karyawan yang bertalenta dalam mendukung kinerja perusahaan untuk
mencapai targetnya.
5. Early Equipment
Management (Manajemen Awal pada Peralatan kerja)
Early
Equipment Management merupakan pilar TPM yang menggunakan kumpulan pengalaman
dari kegiatan perbaikan dan perawatan sebelumnya untuk memastikan mesin baru
dapat mencapai kinerja yang optimal. Tujuan dari pilar ini adalah agar mesin
atau peralatan produksi baru dapat mencapai kinerja yang optimal pada waktu
yang sesingkat-singkatnya.
6. Training dan
Education (Pelatihan dan Pendidikan)
Pilar
Training dan Education ini diperlukan untuk mengisi kesenjangan pengetahuan
saat menerapkan TPM (Total Productive Maintenance). Kurangnya pengetahuan
terhadap alat atau mesin yang dipakainya dapat menimbulkan kerusakan pada
peralatan tersebut dan menyebabkan rendahnya produktivitas kerja yang akhirnya
merugikan perusahaan. Dengan pelatihan yang cukup, kemampuan operator dapat
ditingkatkan sehingga dapat melakukan kegiatan perawatan dasar sedangkan
Teknisi dapat dilatih dalam hal meningkatkan kemampuannya untuk melakukan
perawatan pencegahan dan kemampuan dalam menganalisis kerusakan mesin atau
peralatan kerja. Pelatihan pada level Manajerial juga dapat meningkatkan
kemampuan Manajer dalam membimbing dan mendidik tenaga kerjanya (mentoring dan
Coaching skills) dalam penerapan TPM.
7. Safety, Health and
Environment (Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan)
Para
Pekerja harus dapat bekerja dan mampu menjalankan fungsinya dalam lingkungan
yang aman dan sehat. Dalam Pilar ini, Perusahaan diwajibkan untuk menyediakan
Lingkungan yang aman dan sehat serta bebas dari kondisi berbahaya. Tujuan Pilar
ini adalah mencapai target Tempat kerja yang “Accident Free” (Tempat Kerja yang
bebas dari segala kecelakaan).
8. TPM in
Administration (TPM dalam Administrasi)
Pilar
selanjutnya dalam TPM adalah menyebarkan konsep TPM ke dalam fungsi
Administrasi. Tujuan pilar TPM in Administrasi ini adalah agar semua pihak
dalam organisasi (perusahaan) memiliki konsep dan persepsi yang sama termasuk
staff administrasi (pembelian, perencanaan dan keuangan).
Telah diuraikan
beberapa hal yang telah dijelaskan saat seminar Total Productive Maintenance
(TPM) oleh para narasumber. Seminar ini pada intinya memaksimalkan
produktivitas dan efisiensi dalam pekerjaan untuk meningkatkan produksi dengan
menggunakan metode TPM. Beberapa hal yang dijelaskan seperti yang telah
diuraikan diatas yakni mengenai pengertian , sejarah, dan tujuan dari TPM itu
sendiri. Serta 8 pilar yang TPM atau bisa disebut eight pilar of TPM.
SERTIFIKAT
Referensi :
- http://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-total-productive-maintenance-tpm/
- http://management-improvement.blogspot.co.id/2014/11/sekilas-tpm.html
Ekspedisi-Cargo Jakarta & depok
BalasHapus